Cari Artikel

Kamis, 22 September 2011

Mengapa Anak Mengompol Dan Bagaimana Menghadapinya

Setiap malam di seluruh Amerika, 5 sampai 7 juta anak tidur, dan mengompol. Istilah medik dari mengompol adalah enuresis, yaitu mengeluarakan air seni secara tidak sadar pada usia dimana seharusnya sudah dapat mengendalikan keinginan buang air kecil, dan hal ini merupakan hal yang umum terjadi pada anak dan remaja. Bagi anak, mengompol sering merupakan hal yang sangat memalukan. Sedangkan bagi orang tua, hal ini dapat merupakan pengalaman yang menjengkelkan. Mereka bertanya-tanya apakah mengompol dilakukan dengan sengaja karena kemalasan anak mereka
Siapa saja yang mengalaminya?
Enuresis terjadi pada 20% anak berusia 5 sampai 6 tahun dan sekitar 1% remaja. Sebagian besar anak yang mengalami enuresis dinyatakan normal secara fisik dan emosional. Walaupun beberapa dari mereka memang ada yang memiliki kandung kemih yang kecil, tetapi hal ini seharusnya tidak menghalangi mereka untuk tidak mengompol.
Mengompol pada anak berusia dibawah 6 tahun merupakan hal yang umum sehingga tidak memerlukan program perawatan khusus.
Enuresis sering merupakan turunan dalam keluarga, sekitar 85% anak yang mengalami enuresis memiliki kerabat yang juga mengalami enuresis, dan sekitar setengah dari mereka memiliki orang tua atau saudara yang juga mengalami enuresis.
Jenis enuresis.
Sebagian besar anak mengalami apa yang disebut enuresis “primer”, yang berarti bahwa mereka mengompol sejak usia balita. Enuresis ini tidak berhubungan dengan bagaimana didikan penggunaan kamar mandi seorang anak. Orang tua tidak perlu merasa bersalah dan merasa telah melakukan seuatu yang salah bila anak mengalami hal seperti ini.
Sedangkan sejumlah kecil anak yang lain mengalami enuresis “sekunder”, yang berarti bahwa mereka telah berhenti mengompol, setidaknya untuk beberapa bulan, tetapi kemudian mengompol lagi. Ada berbagai hal yang dapat berperan dalam enuresis sekunder, antara lain masalah medik, seperti infeksi saluran kemih atau diabetes, dan masalah di lingkungan keluarga yang dapat menyebabkan menyebabkan stres, seperti perceraian orang tua atau masalah di sekolah. Walaupun demikian, alasan spesifik dari mengompol lebih sering tidak diketahui.
Sebagian besar anak mengalami enuresis jenis nokturnal (atau malam hari). Mereka mengompol selama mereka tidur. Kadang-kadang, beberapa anak mengompol pada siang hari saat mereka terjaga (enuresis diurnal). Mereka mungkin memiliki kandung kemih yang tidak stabil, yang berhubungan dengan infeksi saluran kemih buang air kecil dan yang terlalu sering. Anak-anak ini dapat dirujuk ke dokter anak dan mungkin akan diberi obat selama beberapa waktu yang dapat melemaskan otot kandung kemih.
Sembelit (konstipasi) juga dapat berhubungan dengan enuresis. Umumnya, hanya dengan merubah menu makan sehari-hari sudah dapat menyambuhkan konstipasi ringan, tetapi pada beberapa kasus berat konstipasi memerlukan perawatan khusus sebelum masalah enuresisnya dapat diatasi.
Enuresis primer juga dapat berhubungan dengan kelainan lain seperti attention deficit hyperactivity disorder (AD/HD) dan anemia sel sabit.
Perawatan dan pengobatan
Sampai saat ini belum ada yang tahu persis mengapa seorang anak mengompol, walaupun berbagai alasan telah diajukan. Salah satu alasannya antara lain bahwa ada beberapa anak yang tidur begitu nyenyak dan sulit bangun dibandingkan dengan anak lain yang terbangun bila merasa kandung kemihnya penuh.
Ada anak yang tidak mengompol bila tidur di rumah teman atau kerabatnya, tetapi selalu mengompol bila tidur di tempat tidurnya sendiri. Mungkin, bila tidur di tempat asing yang jauh dari rumah menyebabkan mereka tidak tidur senyenyak biasanya. Hal ini sangat menjengkelkan bagi anak dan orang tuanya. Tetapi, hal ini juga merupakan pertanda bagus bahwa anak dapat disembuhkan. Anak-anak ini, mungkin, baik secara sadar maupun tidak, berusaha untuk tidak mengompol bila mereka tidak di rumah sendiri. Pelatihan mental semacam ini mungkin dapat membantu.
“Sebagian besar orang tua telah mencoba untuk membangunkan anak mereka pada malam hari untuk buang air kecil, tetapi anak mereka masih tetap mengompol” demikian penjelasan Sandra Hassink, MD, seorang dokter anak yang menjalankan klinik enuresis. “Beberapa orang tua juga mencoba membatasi jumlah cairan yang diminum oleh anaknya, dan tetap saja anak mereka masih mengompol, selain itu si anak juga merasa haus. Kami tidak menggunakan teknik-teknik semacam ini. Kami ingin anak untuk tidur pada malam hari dan terbangun sendiri bila mereka merasa ingin buang air kecil. Kami juga berusaha menghindarkan anak dari kafein”.
Menurut Dr. Hassink, sebagian besar masalah enuresis dapat sembuh sendiri. Enuresis bukan merupakan kesalahan anak atau orang tua. “Keberhasilan dalam perawatan enuresis tergantung pada dorongan yang diberikan kepada seorang anak. Kami menekankan kepada anak-anak bahwa tidak ada orang yang sengaja mengompol karena mengompol merupakan hal yang memalukan dan tidak nyaman. Hukuman sebaiknya tidak diberikan bila anak mengompol karena dapat membuat masalah menjadi tambah buruk. Keberhasilan dalam mengatasi masalah mengompol ini sangat tergantung pada dukungan keluarga yang bersifat positif”.
Sebagian besar anak mengompol sebanyak 7 kali dalam semalam, demikian menurut Dr. Hassink, dan sebagian kecil mengompol berulang kali dalam semalam. “Anak-anak ini dapat berhenti mengompol” tegasnya. “Dapat dimengerti bahwa anak yang mengompol mengira hanya dia saja yang masih mengompol diantara teman-temannya”. Karena itu, memberitahu si anak bahwa ada keluarganya yang dapat menghentikan kebiasaan mengompolnya akan sangat membantu untuk mengerti bahwa kebiasaan mengompolnya tersebut dapat dihentikan.
Orang tua sebaiknya juga membicarakan hal ini dengan dokter anak. Riwayat yang diambil, pemeriksaan fisik, dan analisa kencing merupakan langkah pertama yang penting. Tetapi hasil yang diperoleh biasanya tidak menunjukkan adanya kelainan.
Sejalan dengan pertumbuhan anak, terjadi penurunan dalam jumlah anak yang mengalami enuresis nokturnal. Pada akhirnya, anak yang mengompol akan menghentikan kebiasaannya tersebut. Tujuan dari suatu program perawatan adalah untuk menghentikan kebiasaan ini lebih cepat. Keberhasilan dapat diperoleh paling tidak dalam 1 sampai 2 bulan setelah dimulainya perawatan.
Ada berbagai macam pendekatan, baik medik maupun perilaku, untuk mengatasi masalah ini. Dr. Hassink mengatakan, “kami lebih menekankan pada perubahan perilaku, bukan penggunaan obat-obatan. Beberapa program ada yang menggunakan obat-obatan. Tetapi sebagian besar pasien kami telah mencoba dan gagal. Tingkat keberhasilan yang menggunakan obat-obatan ini hanya setengah dari tingkat keberhasilan yang menggunakan metode perilaku. Lagipula, obat-obatan yang digunakan kadang-kadang harganya mahal”.
Dr. Hassink menyarankan agar anak yang mengompol juga harus ikut bertanggung jawab dalam membersihkan alas tidur yang basah. Tapi ia juga menekankan bahwa hal ini jangan dianggap sebagai hukuman. Menurutnya justru anak akan merasa lebih baik dengan membantu membersihkan. “Kami menyarankan agar anak dilatih untuk dapat mengendalikan keinginan buang air kecilnya. Selain itu, buku bergambar yang berisi tentang masalah mengompol yang dibaca tiap malam dapat membantu mendorong mereka untuk tidak mengompol”.
Jam dengan alarm merupakan hal yang penting dalam program yang dijalankan Dr. Hassink. Seperempat dari pasiennya telah mencoba menggunakan metode jam ini tetapi gagal. Tapi saat mereka mencobanya bersama-sama dengan metode lain tingkat keberhasilannya meningkat. Hal penting yang harus diingat bahwa teknik-teknik manapun yang digunakan membutuhkan beberapa minggu sampai beberapa bulan sebelum menunjukkan hasil. Karena itu setiap orang, baik anak maupun orang tua, harus bersabar. Kesalahan yang paling sering terjadi adalah menyerah setelah dalam 1 sampai 2 minggu suatu program belum menunjukkan hasilnya.
Ingat bahwa orang tua harus selalu bersikap mendukung terhadap anak yang mengompol. Hampir sebagian besar kasus seperti ini akan memperoleh hasil yang baik pada akhirnya.
(cfs/kidshealth.org)

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo, Silahkan berkomentar