Cari Artikel

Kamis, 20 Oktober 2011

Kejang demam pada anak / bayi

Kejang Demam (Febrile Convulsion) adalah kejang pada bayi atau anak-anak yang terjadi akibat demam, tanpa adanya infeksi pada susunan saraf pusat maupun kelainan saraf lainnya. Seorang anak yang mengalami kejang demam, tidak berarti dia menderita epilepsy karena epilepsy ditandai dengan kejang berulang yang tidak dipicu oleh adanya demam.
Hampir sebanyak 1 dari setiap 25 anak pernah mengalami kejang demam dan lebih dari sepertiganya dari anak-anak tersebut mengalaminya lebih dari 1 kali.
Kejang demam biasanya terjadi pada anak-anak yang berusia antara 6 bulan – 5 tahun dan jarang terjadi sebelum usia 6 bulan maupun sesudah 3 tahun.
Faktor-faktor yang mempengaruhi kejang demam berulang:

  • Usia ketika pertama kali terserang kejang demam (kurang dari 15 bulan)
  • Sering mengalami demam
  • Riwayat keluarga yang juga menderita kejang demam. Jika kejang terjadi segera setelah demam atau suhu tubuh relative rendah, maka besar kemungkinannya akan terjadi kembali kejang demam.
Kejang demam bisa membuat orang tua cemas, tetapi sebetulnya tidak berbahaya.  Selama kejang berlangsung, ada kemungkinan anak akan mengalami cedera karena terjatuh atau tersedak makanan maupun ludahnya sendiri. Belum bisa dibuktikan bahwa kejang demam bisa menyebabkan kerusakan otak. Penelitian menunjukkan anak-anak yang pernah mengalami kejang demam memiliki prestasi dan kecerdasan yang normal disekolahnya. 95 – 98% dari anak-anak yang pernah mengalami kejang demam, tidak berlanjut menjadi epilepsy. Tetapi beberapa anak memiliki resiko tinggi menderita epilepsy, jika:
  • Kejang demam berlangsung lama.
  • Kejang hanya mengenai bagian tubuh tertentu
  • Kejang demam yang berulang dalam waktu 24 jam
  • Anak menderita cerebral palsy, gangguan pertumbuhan atau kelainan saraf lainnya.
Penyebab
Penyebab yang pasti dari terjadinya kejang demam tidak diketahui. Kejang demam biasanya berhubungan denagn demam yang tiba-tiba tinggi dan kebanyakan terjadi pada hari pertama anak mengalami demam.
Kejang berlangsung selama beberapa detik sampai beberapa menit. Kejang demam cenderung ditemukan dalam satu keluarga, sehingga diduga melibatkan faktor keturunan (factor genetik). Kadang kejang yang berhubungan dengan demam disebabkan oleh penyakit lain seperti, keracunan, meningitis atau ensefalitis. Roseola atau infeksi oleh virus herpes manusia 6 juga sering menyebabkan kejang demam pada anak-anak. Disentri karena Shigella juga sering menyebabkan demam tinggi dan kejang demam pada anak-anak.
Gejalanya berupa:
  • Demam (terutama demam tinggi atau kenaikan suhu tubuh yang terjadi secara tiba-tiba)
  • Kejang tonik-klonik atau grand mal
  • Pingsan yang berlangsung selama 30 detik-5 menit (hampir selalu terjadi pada anak-anak yang mengalami kejang demam)
  • Postur tonik (kontraksi dan kekakuan otot menyeluruh yang biasanya berlangsung selama 10-20 detik)
  • Gerakan klonik (kontraksi dan relaksasi otot yang kuat dan berirama biasanya berlangsung 1-2 menit
  • Lidah atau pipinya tergigit
  • Gigi atau rahangnya terkatup rapat
  • Inkontinensia (mengeluarkan air kemih atau tinja diluar kesadarannya)
  • Gangguan pernafasan
  • Apneu (henti nafas)
  • Kulitnya kebiruan.
Setelah mengalami kejang biasanya:
  • Akan kembali sadar dalam waktu beberapa menit atau tertidur selama 1 jam atau lebih.
  • Terjadi amnesia (tidak ingat apa yang telah terjadi) – sakit kepala.
  • Mengantuk
  • Linglung (sementara dan sifatnya ringan)
  • Jika kejang tunggal berlangsung kurang dari 5 menit, maka kemungkinan terjadinya cedera otak atau kejang menahun adalah kecil.
Diagnosa
Diagnosis ditegakkan berdasarkan adanya kejang  pada seorang anak yang mengalami demam dan sebelumnya tidak ada riwayat epilepsy. Suhu tubuh yang diukur dengan cara memasukkan thermometer ke dalam lubang dubur, menunjukkan angka lebih besar dari 38,90C.
Pemeriksaan yang biasa dilakukan adalah:
  • EEG (perekaman aktivitas listrik di otak)
  • CT scan kepala
  • Pungsi lumbal
  • Pemeriksaan neurologist.
Pengobatan
Orang tua sebaiknya tetap tenang dan mengawasi anaknya. Untuk mencegah terjadinya cedera sebaiknya anak dibaringkan dilantai atau tanah, singkirkan benda-benda yang bisa melukai anak. Jangan menahan atau menggendong anak selama kejang berlangsung. Supaya tidak tersedak, baringkan anak dalam posisi miring atau telungkup. Jangan memasukkan apapun kedalam mulut anak karena bisa melukai dan menyumbat saluran pernafasan.
Jika kejang berlangsung selama lebih dari 10 menit, anak harus segera dibawa ke rumah sakit terdekat. Untuk mengatasi demam bisa diberikan asetaminofen atau ibuprofen. Aspirin sebaiknya tidak digunakan untuk mengobati demam pada anak-anak karena resiko terjadinya sindroma Reye. Penyebab demam harus diobati.
Pencegahan
Kejang bisa terjadi jika suhu tubuh naik atau turun dengan cepat. Pada sebagian besar kasus, kejang terjadi tanpa terduga atau tidak dapat dicegah. Dulu digunakan obat anti kejang sebagai tindakan pencegahan pada anak-anak yang sering mengalami kejang demam. Tetapi hal ini sekarang sudah jarang dilakukan. Kepada anak-anak yang cenderung mengalami kejang demam, pada saat mereka menderita demam bisa diberikan diazepam (baik yang melalui mulut maupun rectal).
Sumber: Newsletter RS Kasih Ibu Edisi IX, April-Juni 2009
Editor: dr. Gary Adhianto, SpA

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo, Silahkan berkomentar