Cari Artikel

Senin, 07 November 2011

Anak Susah Bedakan Obat dengan Permen

Dalam tiap kemasan obat selalu ada peringatan untuk menjauhkannya dari jangkauan anak-anak. Peringatan ini penting untuk diindahkan, sebab menurut penelitian 1 dari 4 anak usia Taman Kanak-kanak tidak bisa membedakan permen dengan obat.

Angka ini merupakan hasil penelitian seorang remaja asal Ohio, Amerika Serikat, Casey Gittelman (12 tahun). Meski dilakukan oleh seorang remaja, namun penelitian tersebut telah dipresentasikan dalam forum American Academy of Pediatrics di Boston belum lama ini.

Dalam penelitian itu, Gittelman mencampur 20 jenis permen dan obat dalam 1 kotak. Ia lalu meminta 30 murid Taman Kanak-kanak untuk memisahkan antara permen dan obat, lalu sebagai pembandingnya ia juga meminta 30 orang guru Taman Kanak-kanak untuk melakukan hal yang sama.

"Saya tidak terlalu terkejut ketika anak-anak itu tidak bisa membedakan obat dengan permen, tapi kalau gurunya juga tidak bisa itu mengejutkan. Saya pikir orang dewasa selalu bisa membedakan karena punya lebih banyak pengalaman dengan obat-obatan," ungkap Gittelman.

Hasil pengamatan Gittelman memang menunjukkan, 1 dari 4 murid Taman Kanak-kanak mengalami kesulitan membedakan permen dengan obat. Namun yang lebih mengejutkan, guru Taman Kanak-kanak yang terlibat dalam penelitian juga tidak 100 persen benar dalam memisahkannya.

Menurut catatan Gittelman, obat yang sering dikira permen umumnya berbentuk bulat, mengkilat karena diberi lapisan khusus dan tidak diberi tanda atau cap yang menandakan bahwa itu adalah obat. Gittelman menyarankan, perusahaan obat sebaiknya menghindari kemiripan desain dengan permen.

Sementara itu menurut data dari American Association of Poison Control Center di Amerika Serikat, kasus keracunan obat pada anak cenderung makin meningkat. Antara tahun 2001 hingga 2008 saja, jumlah kasus anak keracunan obat lalu dilarikan ke rumah sakit meningkat 30 persen.

Kebanyakan dari anak-anak tersebut menelan obat yang seharusnya untuk orang lain. Mungkin karena warna-warninya cukup menarik perhatian dan apalagi sebagian ada yang dilapis gula, anak-anak mengiranya permen lalu memakannya dan akibatnya jadi keracunan.

Menurut data yang dipublikasikan di jurnal Pediatric tersebut, jenis obat yang sering menyebabkan anak keracunan adalah obat-obat yang hampir selalu tersedia di rumah. Di antaranya obat tidur, pereda nyeri golongan opioid, obat jantung, obat diabetes, obat flu, aspirin dan asetaminofen.

"Opioid adalah sedatif (obat penenang) yang kuat, jika dikonsumsi dalam jumlah banyak efeknya bermacam-macam mulai dari tertidur hingga koma," ungkap Dr Michael Lanigan, penanggung jawab Unit Gawat Darurat di SUNY Downstate New York, seperti dikutip dari Foxnews, Senin (31/10/2011).
detikhealth.com

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo, Silahkan berkomentar