Cari Artikel

Selasa, 29 November 2011

Kanker Rongga Mulut Incar Perokok

Sama seperti jenis kanker yang lainnya, kanker rongga mulut atau yang dikenal dengan istilah ameloblastoma juga banyak disebabkan oleh rokok dan tembakau.
Selain itu, peminum minuman beralkohol juga tergolong berisiko tinggi untuk mengidap kanker rongga mulut. Begitu pula orang-orang yang memiliki kebiasaan mengunyah sirih dan tembakau. Sebab, tembakau mengandung berbagai carcinogen atau substansi pemicu kanker seperti nikotin, polycyclic aromatic hydrocarbons, nitrosoproline dan polonium.
Hasil penelitian menunjukkan pengonsumsi tembakau memiliki risiko terkena kanker 8 kali lipat lebih tinggi dibandingkan yang tidak menggunakan tembakau.
Di Indonesia kasus kanker rongga mulut, menurut dr Simandjuntak SpB, ONK dari RS PGI Cikini berkisar 3-4% dari seluruh kasus kanker yang terjadi. Kebanyakan pengidapnya adalah kaum wanita dari kota kecil yang memiliki kebiasaan menyirih. Sebagian kecil penderita lainnya adalah para pria dari kota besar yang merokok. Usia penderita berkisar 50-70 tahun.
Sedangkan kasus kanker rongga mulut sangat banyak terjadi di India. Dr. Surendra Shastri, Kepala Bagian Onkologi dari Tata Memorial Hospital, mencatat setiap tahunnya terdapat 300.000 penderita kanker rongga mulut dari 700.000 kasus kanker yang terjadi di India.
Kebiasaan mengunyah tembakau dengan buah pinang yang banyak dilakukan masyarakat India disinyalir merupakan faktor penyebab utama. Banyaknya jumlah penderita kanker rongga mulut di India juga disebabkan oleh faktor intrinsik yakni faktor genetik.
Selain ketiga faktor tersebut di atas, kebersihan rongga mulut yang tidak terjaga pun ikut ambil peranan memicu timbulnya kanker rongga mulut. Ada pula kanker rongga mulut yang berawal dari gigi bolong yang tak dirawat atau luka kronis pada mulut akibat gigi palsu yang letaknya tidak pas.
Faktor lain yang tak boleh diabaikan adalah kebiasaan melakukan seks oral. Hasil penelitian Badan Penelitian Kanker Internasional (IARC) di Lyon, Prancis menemukan bukti adanya hubungan antara seks oral dengan penularan infeksi virus yang memicu tumbuhnya tumor atau kanker di rongga mulut.
“Segeralah memeriksakan diri ke dokter, jika mengalami sariawan yang tak kunjung sembuh selama satu bulan.” kata dr. Simandjuntak.
Kenali gejalanya
Sementara itu, bercak putih (leukoplakia) mirip sariawan pada lapisan dalam rongga mulut ini diistilahkan sebagai lesi atau kelainan pra kanker. Pada tahap awal leukoplakia tidak menimbulkan rasa sakit.
Setelah beberapa lama leukoplakia mengalami penebalan dengan permukaan yang licin. Kebanyakan pengidap kanker rongga mulut menganggapnya sebagai sariawan biasa. Padahal 6-10% dari kelainan ini akan menjadi kanker rongga mulut.
Tanda-tanda lainnya adalah bercak merah (eritoplakia). Sama seperti leukoplakia, eritoplakia ini bentuknya seperti sariawan yang tak kunjung sembuh. Bila mengalami pembesaran, bercak akan berubah seperti kembang kol atau bunga kaktus. Bagian tengahnya rapuh dan berbau. 90% dari eritoplakia akan menjadi kanker rongga mulut.
Karena tidak merasa sakit, kebanyakan pasien baru memeriksakan diri ketika kanker rongga mulut yang mereka idap sudah berstatus stadium lanjut. Penderita umumnya datang dengan keluhan berupa benjolan, tukak atau borok pada bagian-bagian mulut, dan benjolan di leher.
Pada stadium lanjut ini penderita sudah mulai menderita rasa nyeri. 50% dari kanker rongga mulut umumnya menyerang lidah (2/3 bagian lidah dari depan) dan dasar mulut. 50% lainnya menyerang pipi bagian dalam dan gusi. Ada pula yang mengidapnya di bagian langit-langit dan bibir bagian dalam.
Kanker rongga mulut dapat menyebar secara lokal dan merusak jaringan di sekitarnya jika tidak ditangani secara tepat dan cepat. Ancaman yang lebih serius terjadi jika sel kanker menyebar hingga ke kelenjar getah bening di bawah dagu atau leher samping atas. Penyebaran bisa jadi lebih meluas melalui pembuluh darah hingga ke paru-paru atau tempat-tempat lainnya.
Sejauh ini kanker rongga mulut diatasi dengan operasi pengangkatan jaringan yang terkena kanker. Bila dirasa perlu pasien juga akan diterapi dengan penyinaran atau radioterapi. Kemoterapi biasanya hanya dilakukan kepada pasien yang mengalami kekambuhan atau kondisinya sudah tidak bisa dioperasi.
Sayangnya karena pasien biasanya baru memeriksakan diri ke dokter dalam keadan kanker stadium lanjut, pengobatan melalui operasi menjadi lebih sulit untuk dilakukan. Bentuk rongga mulut dan organ mulut yang kecil turut mempersulit proses operasi pengangkatan kanker.
Dalam stadium tinggi, kanker rongga mulut tak saja merenggut organ bicara yang sangat berharga, namun juga merenggut kecantikan wajah. Jadi jika ingin tetap bisa mengobrol, menyanyi dan bergoyang lidah sambil menyantap makanan, sebaiknya, hentikan kebiasaan merokok, menghisap ganja dan minum minuman keras.
Tinggalkan kebiasaan menyirih, walaupun nenek-nenek kita dulu mengatakan menyirih baik untuk kesehatan gigi. Yang terakhir jangan lupa selalu menjaga kebersihan rongga mulut dan memeriksakan gigi secara teratur.
inilah.com

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo, Silahkan berkomentar