Cari Artikel

Rabu, 01 Agustus 2012

Nabi Musa 'Alaihis Salam & Malaikat Pencabut Nyawa

Dari Abu Hurairah Radhiallahu anhu, ketika itu beliau menyebutkan beberapa hadits, di antaranya bahwa Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam bersabda, "Pada suatu ketika Malaikat Maut diutus Allah kepada Nabi Musa 'Alaihis salam, dia berkata, 'Penuhilah panggilan Tuhanmu.' Malaikat Maut tersebut ditampar oleh Nabi Musa hingga buta kedua matanya. Malaikat kembali kepada Allah dan berkata, 'Engkau kirimkan aku kepada seorang hamba yang tidak ingin mati, dan mencolok mataku.'

Kemudian Allah mengembalikan penglihatannya dan berfirman, 'Kembalilah dan katakan, 'Apakah kamu masih ingin hidup? Jika kamu masih menginginkan hidup, letakkan tanganmu di punggung lembu. Untuk setiap bulu yang tertutup oleh tanganmu, engkau masih berkesempatan hidup selama satu tahun.'

Musa bertanya, 'Setelah itu apa?' Dia menjawab, 'Kemudian kamu akan mati!' Musa berkata, 'Kalau begitu sekarang kematian itu sudah dekat!' Iapun bermohon kepada Allah supaya mematikannya di dekat Baitul Maqdis (Yerussalem) dengan jarak satu lemparan batu."

Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam melanjutkan, "Kalau sekiranya aku berada di sana akan ku tunjukkan kepadamu makamnya, yaitu di pinggir jalan dan di dekat tumpukan-tumpukan pasir merah." [1]

Pelajaran Yang Dapat Dipetik:

1. Para nabi sebelum kematiannya diberi kesempatan untuk memilih antara ingin dicabut ruhnya ataukah ingin tetap hidup.
2. Malaikat merubah bentuk dengan menyamar sebagai bani Adam (manusia).
3. Manusia-manusia yang mempunyai kedudukan sebagai nabi di sisi Allah kadang, kesalahan mereka dimaafkan.
4. Barangsiapa memasuki rumah orang lain tanpa izin, kemudian ia diserang di dalamnya, maka serangan terhadapnya dianggap bukan kejahatan, dan tidak pula bisa dibalas dengan qishash.
5. Boleh melawan atau memukul orang yang mendahului menyerang, jika kemungkinan mengarah pada pembunuhan, sebagaimana disebutkan di dalam sunnah. Apabila ia mati karena mempertahankan diri maka ia syahid.
6. Kematian adalah suatu kepastian dan tidak mungkin dihindari manusia, seandainya orang awam dapat menghindari kematian tentunya para nabi dan rasul pun bisa mengelak darinya.
7. Nabi Musa mempunyai kedudukan yang tinggi di hadapan Allah, sebagaimana saat dia menampar Malaikat pencabut nyawa lalu Allah menjadikan matanya buta, sekiranya bukan karena tingginya kedudukan Musa di sisi Allah tentulah Malaikat akan membalas menampar karena dendamnya.
8. Allah memuliakan seorang hambaNya yang mukmin dan bertakwa kemudian Allah akan melebihkan kedudukannya dengan melimpahkan kebaikan dan nikmat kepadanya.
9. Disunnahkan menguburkan jenazah di tempat-tempat yang suci seperti Baitul Maqdis dan Negri-negri yang penuh berkah atau di kuburan orang-orang shalih.
10. Letak kuburan Nabi Musa adalah di dekat Baitul Maqdis kurang lebih berjarak selemparan batu.

______________________

[1] HR. Al-Bukhari, 1339; Ahmad, 2/269.

[Sumber: Sittuna Qishshah Rawaha an-Nabi wash Shahabah al-Kiram, Muhammad bin Hamid Abdul Wahab, edisi bahasa Indonesia: "61 KISAH PENGANTAR TIDUR Diriwayatkan Secara Shahih dari Rasulullah dan Para Sahabat", pent. Pustaka Darul Haq, Jakarta]
alsofwah.or.id

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo, Silahkan berkomentar