Cari Artikel

Selasa, 08 November 2011

Anak Suka Merengek? Ketahui Penangkalnya

Apakah wajah sedih hendak menangis dengan suara khas dengan rengekan hal yang biasa Anda dengar dari anak? Tak jarang, merengek disertai dengan tingkah lain seperti berteriak atau menghentakkan kaki dengan keras. Sebaiknya Anda berhati-hati, hal itu bisa menjadi senjata si kecil terhadap Anda agar selalu memenuhi keinginnanya. Merengek biasanya dilakukan anak dengan mengeluarkan suara-suara khas dengan nada yang lebih tinggi dari berbicara secara normal. Merengek pada anak-anak biasanya menunjukkan ketidakberdayaan, sambil menyebutkan keinginan demi meraih perhatian orang. Seringkali merengek dianggap adalah perilaku yang lazim pada anak usia bawah lima tahun (balita). Namun, tidak jarang orangtua merasa terganggu dengan rengekan tersebut.

Menurut Stephen Lansdowne, seorang psikolog sekolah di Austin, texas, merengek adalah evolusi alamiah perilaku mencari-perhatian. Perilaku itu sudah ada sejak anak bayi, yaitu dalam bentuk tangisan dan kerewelan.

Umumnya, orangtua memberi respon negatif ketika anak balitanya merengek. Dengan menujukkan ekspresi kesal, jengkel dan marah, orangtua ingin memberitahu mereka merasa terganggu, dan berharap anak berhenti merengek. Sayangnya, apa yang orangtua lakukan justru mengakibatkan yang sebaliknya.

Kathy Lynn, Penulis Who’s In Charge Anyway? mengatakan, alasan utama anak-anak merengek adalah karena cara tersebut berhasil. Rengekan akan segera menarik perhatian orangtua, diikuti respon.

“Rengekan ialah tingkah laku tipikal terutama untuk anak-anak usia tiga tahun. Beberapa orangtua dari batita tersebut merasa anak-anak mereka merengek setiap hari,” ujar Kathy.

Memang sulit untuk orangtua mengabaikan suara rengekan anak. Terutama, suara tersebut sangat mengganggu. Sehingga dapat mempengaruhi bahasa tubuh orangtua yang mengirimkan respon berupa pesan secara tidak sadar kepada anak.

“Hal ini biasanya tetap terjadi meskipun orangtua sudah berusaha untuk pura-pura tidak mendengar,” tukas Kathy.

Hal senada diungkapkan Dr. A. Lynn Scoresby, Penulis Help Your Child Stop Whining. Dia mengungkapkan, apabila seorang anak balita terus-terusan merengek tiap kali menginginkan sesuatu, maka kemungkinan besar itu disebabkan ia tahu rengekannya biasanya membawa hasil.

Jane Nielsen, rekan-penulis buku Positive Discipline for Pre-schoolers mengatakan, anak-anak melakukan apa saja yang membuahkan hasil.

“Anak yang suka merengek itu mencari respon. Respon apa saja, kata Nielsen. Dengan kata lain, kalau respon positif tidak didapat, respon negatif pun tidak masalah,” kata Jane.
                              
Sedangkan Patti Wollman Greenberg, Penulis buku Behind the Playdough Curtain mengatakan, rengekan membuahkan hasil, terutama bila orangtua anak balita menunjukkan mereka sangat terganggu karenanya.

“Mengetahui orangtuanya terganggu, rengekan bisa dijadikan senjata utama dalam uji coba gudang senjata oleh anak usia empat tahun, secara terus-menerus,” kata Patti.

Segera ketika anak mengetahui rengekannya tidak membuahkan hasil, ujar Kathy Lynn, maka anak akan segera menghentikan rengekannya. Jika orangtua tidak tahan, segera tinggalkan ruangan untuk membuktikan rengekannya tidak berhasil.

“Minta anak untuk mengulangi kalimatnya dengan bahasa yang benar, sebelum orangtua merespon. Membuat rengekannya menjadi masalah besar, justru akan mendorongnya untuk merengek lebih keras,” imbuhnya. (ri)

Tips Menghentikan Rengekan Ajarkan komunikasi eEfektif. Berilah contoh yang baik bagaimana cara berkomunikasi yang efektif. Jika si kecil menginginkan sesuatu, ajarkan dia berkata, "Ma,aku mau mobilan itu. Boleh, tidak?” Selain itu, biasakan anak untuk membagi perasaannya. Seorang anak yang dapat mengutarakan perasaannya, kemungkinan besar tak akan merengek. Beri perhatian. Anak kerap merengek karena ingin mendapatkan perhatian orangtuanya. Sesibuk apa pun Anda, sebaiknya jangan lupa untuk memberi perhatian. Misalnya, dengan meneleponnya saat Anda sibuk di kantor atau sedang tak ada di rumah. Hal itu bisamembuat anak merasa diperhatikan. Alihkan konsentrasi. Saat anak meminta sesuatu sambil menangis, jelaskan rengekannya itu tidak akan berhasil Anda hanya mau mendengarkannya jika dia menggunakan suara biasa. Bila cara tersebut tak berhasil, tak ada salahnya Anda mengalihkan konsentrasinya pada hal lain yang menarik perhatiannya. Biarkan anak membuat keputusan. Bantulah anak agar lebih punya kontrol terhadap dirinya. Biarkan diamembuat keputusan sederhana sesuai keinginannya,seperti memilih baju yang akan dipakai, mainan yang akan digunakan, atau buku yang akan Anda bacakan.Ini akan menjadi pelajaran baginya tentang caraberkomunikasi tanpa perlu merengek. Berikan penghargaan. Ajarkan anak meminta sesuatu secara sopan meski cara ini tak menjamin permintaannya dipenuhi. Nah, jika rengekan si kecil mulai berkurang atau dia meminta sesuatu dengan manis, berikan reward. Penghargaan tak harus berbentuk barang. Pujian Anda yang tulus juga bisa membuat anak senang. Orangtua jangan merengek. Jika sekali waktu, tanpa sadar, Anda meminta pada anak atau pasangan, dengan cara merengek, jangan salahkan anak bila mencontohnya. Menirukan rengekan hanya akan membuat si kecil malu, namun tidak dapat menghentikannya. Penuhi kebutuhan dasar. Kondisi lelah, lapar, atau sakit bisa membuat anak rewel dan suka merengek. Karenanya, pastikan kebutuhan dasar anak terpenuhi secara cukup. Selain itu, janganlupa, pastikan rumah Anda dalam keadaan tenang dannyaman. Kondisi rumah yang bising dan tak terawat juga bisa membuat anak tak betah sehingga dia reweldan merengek.
source: republika.co.id

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo, Silahkan berkomentar