“Stimulasi otak kanan itu seperti kursus musik, atau yang mengolah tubuh juga seperti berkuda atau renang,” ujar Wati, sapaan akrab Dharmayuwati.
Menurut Wati, manusia terlahir dengan kemampuan otak kiri, sehingga yang perlu diasah ialah otak kanan. Apalagi stimulasi otak kiri sudah banyak diterima anak dari sekolah. Jadi kursus atau les sebaiknya melengkapi stimulasi otak kanan. Namun, dia juga mengingatkan agar orangtua juga melihat karakteristik anaknya terlebih dahulu. Kemudian, orangtua dapat mengarahkan anak.
“Contoh, orangtua ingin mendidik anak menjadi pemusik atau menyukai musik. Bisa menanamkan dengan pendidikan musik, perdengarkan kaset, alat musik, lama-lama anak mau. Anak saya juga awalnya sulit, kelas 2 SD baru suka dengan piano padahal saya ajarkan sejak play grup. Yang penting ibunya yang lebih banyak berperan," tuturnya. Bagi Wati, mengikutsertakan anak kursus juga bisa melatih disiplin. Agar anak selalu memiliki jadwal kegiatan yang berguna. Tentu saja, hal ini membutuhkan program dari orangtua sejak dini.
“Memang kalau anak ada bakat, lebih mudah. Kalau tidak ada bakat juga bisa, tapi harus ada disiplin diri," ujar Wati yang menyelesaikan pendidikannya di Jerman. Latihan bermain musik, menurut seorang ahli syaraf asal Jerman, tak hanya meningkatkan kinerja nalar otak, melainkan juga dapat meningkatkan kapasitas otak yang diperlukan bagi seseorang untuk dapat memproses rangsangan bunyi dan nada musik. Kesimpulan itu diperoleh ahli syaraf Christo Pantev dan koleganya dari Universitas Munster, Jerman, setelah melakukan kajian terhadap pola citra magnetik yang merekam perbandingan otak-otak musisi terlatih dengan orang yang tak pernah memainkan notasi musik. Riset sebelumnya di Amerika Serikat juga menunjukkan, pelajaran musik dapat meningkatkan intelegensia remaja. Musik dapat menaikkan kapasitas dan kualitas nalar otak.
source: republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Monggo, Silahkan berkomentar