Cari Artikel

Selasa, 08 November 2011

Manfaatkan Bulan Ramadhan Untuk Mendidik Anak

Nabi Muhammad SAW bersabda, "Tidak ada yang lebih baik yang diberikan seorang ayah pada anaknya kecuali pelajaran moral." (HR. Tirmidhi)

Banyak aspek dari puasa di bulan Ramadhan, berdoa, nilai moral, kepedulian, Al-Quran, keluarga dan hikmah Idul Fitri yang bisa menjadi nilai pelajaran bagi anak. Meskipun yang Anda ajari adalah anak atau siswa Anda, pendidikan tidak otomatis dapat diterapkan oleh anak dan memberi pelajaran bukan proses yang mudah.

Anak tidak dilahirkan dengan pikiran yang kosong, namun cobalah untuk mengisi pikiran anak dengan apa yang Anda katakan. Memberi pengajaran butuh sebuah usaha, energi dan tehnik agar apa yang diajarkan dapat diserap dan dipahami oleh anak.

Tips dan tehnik memberi pelajaran moral untuk anak

1. Libatkan anak secara langsung

"Tujuan terpenting dari pembelajaran bukanlah teori tetapi praktek." (Herbert Spencer)

Anak belajar dari apa yang mereka lakukan. Rata-rata 75% anak belajar dari apa yang mereka lakukan, 5% dari guru dan 10% dari yang mereka baca (Brunmer, Jerome)

Contohnya, jika Anda ingin mengajarkan anak mengenai zakat, mintalah anak untuk menghitung zakat yang harus dikeluarkan, putuskan dimana zakat itu akan disalurkan. Pembelajaran akan lebih efektif ketika perbuatan dan implementasi dilakukan oleh anak, bukan setelahnya.

Nabi Muhammad SAW, biasa membawa cucunya Hassan dan Hussein untuk ke Masjid ketika mereka masih usia bawah lima tahun (balita) sebelum mereka tahu yang sesungguhnya bagaimana cara sholat.

Konsep pembelajaran akan lebih efektif dan nyata ketika anak melakukannya dibanding ketika anak membacanya. Mereka akan ingat pada tahun-tahun berikut. Hal yang sangat membanggakan ketika anda mendengar anak berkata pada temannya "Saya sudah mulai menghitung zakat sejak saya kecil."

2. Libatkan emosi anak

Ketika anak melibatkan emosinya dalam melakukan sesuatu, sesungguhnya mereka tidak nyaman dan ingin meninggalkan kegiatan tersebut. Permainan dan siaran televisi melibatkan tingkat emosi anak. Sebagai orang tua dan pendidik, Anda pun dapat melakukan hal yang sama.

Cerita, lagu, kritik, kreatifitas dapat menangkap emosi anak. Mereka dapat begitu tertarik dan antusias pada sebuah kegiatan seperti membaca atau mendengarkan, sampai mereka akan tetap fokus dan akhirnya mereka mendapat pesan yang ingin anda sampaikan . Ingatlah, meskipun dalam kehidupan emosi adalah hal yang signifikan, anak akan lebih mengingat pelajaran yang dilakukan dengan cara yang aplikatif seperti permainan yang menyenangkan, menarik atau berbeda.

Jangan takut untuk menyisipkan intermezo pada cara Anda dan tanpa mengurangi satu konten yang penting. Tulislah lagu tentang Idul Fitri, buat kartu-kartu yang berisi hadis nabi, atau ceritakan pada anak mengenai Ramadhan di Mekkah. Jika anak menyukainya, pasti mereka akan terus meminta Anda utuk melakukannya. 3. Atur ulang tujuannya.

Sering terdengar keluhan para murid, "Kenapa kami harus melakukan ini?" atau " Tes matematika ini tidak berguna." Sayangnya, kita meresponnya dengan "Karena aku mengatakannya padamu," atau "Karena kamu harus melakukannya," dan jawaban yang lebih buruk adalah "Kamu akan mendapatkan hadiah jika melakukannya."

Seperti orang tua, jika seorang anak sudah tidak merasa pentingnya sebuah tujuan dari tindakan, maka mereka tidak mempunyai motivasi untuk optimal dalam melakukan sesuatu. Untuk menghindar komentar anak yang sama tentang sholat dan puasa, yakinkan mereka mengerti tujuan tujuan dari puasa dan sholat. Sebelum Anda memulai memberikan pelajaran, baik itu cerita mengenai nabi atau tentang Idul Fitri, jelaskan pada anak mengapa Anda akan menceritakannya dan jelaskan juga hal baik yang  dapat mereka petik.

Tegaskan pada mereka bahwa kebaikan yang mereka lakukan adalah untuk beribadah pada Allah. Jelaskan juga mengapa mahkluk harus beribadah dan menyembah Allah dan betapapun  kecilnya perbuatan yang dilakukan termasuk mencuci piring atau mengerjakan tugas matematika, semua itu adalah cara untuk mencapai kasih sayang Allah. Jika anak terlihat sholat hanya untuk menyenangkan orang tua, jangan tinggalkan mereka, karena hal itu hanya membuat anak kehilangan semangat untuk melakukannya.

Bantu anak untuk mengerti bahwa bagi seorang muslim, penghargaan tidak selalu datang pada saat hidup di dunia, tapi ibadah akan menjadi tabungan untuk di akhirat nanti.

Dari cara-cara di atas, ingatlah untuk selalu menunjukan kasih sayang dan cinta anda pada anak. Beri mereka perhatian dan penghargaan atas apa yang mereka tampilkan bagaimanapun caranya mereka melakukannya.

Buatlah Ramadhan menjadi kesempatan yang baik untuk memulai sebuah hubungan dan pembelajaran yang selalu dingat Anda dan anak. (islamonline.net)

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo, Silahkan berkomentar