Memang benar, para lansia (lanjut usia), juga mereka yang mulai beranjak tua (35-40 tahun), berpotensi mengalami masalah kulit. Tak hanya kulit wajah, tapi juga kulit di bagian tubuh lainnya. Apa penyebab kelainan kulit itu? Menurut dr Fajar Waskito SpKK, kelainan kulit tersebut disebabkan oleh akumulasi dari ketuaan, baik ketuaan fisiologi (faktor dalam) maupun pengaruh faktor dari luar seperti paparan sinar matahari, banyak kena angin, dan lain-lain. Spesialis penyakit kulit pada usia lanjut dari Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada/Rumah Sakit Dr Sardjito Yogyakarta ini mengatakan, ada berbagai jenis kelainan kulit yang kerap dialami lansia. Sebut saja misalnya, munculnya benjolan-benjolan pada kulit, bintik-bintik hitam, dan kekeringan pada kulit yang mengakibatkan gatal-gatal. Benjolan-benjolan pada kulit merupakan jenis kelainan kulit yang paling sering terjadi. Kelainan ini dipengaruhi oleh faktor dari dalam tubuh. ''Kelainan ini disebut seboroit keratosis (sejenis tumor jinak), biasanya muncul di daerah-daerah yang banyak mengandung kelenjar minyak seperti di sekitar leher, sekitar mata, dan lainnya,'' kata Fajar. Solar Keratosis Ada lagi yang disebut solar keratosis. Berbeda dari seboroit keratosis, solar keratosis adalah kelainan tersering yang disebabkan oleh faktor
luar, utamanya paparan sinar matahari. Kelainannya berupa penebalan kulit berwarna hitam. Tak hanya paparan sinar matahari langsung. Sinar matahari yang menerpa kulit wajah lewat pantulan juga bisa merangsang munculnya solar keratosis. Kulit di bagian mana yang rentan ditumbuhi solar keratosis? Tentu saja bagian tubuh yang banyak terpapar sinar matahari, misalnya pipi bagian depan. Pria atau wanita, kata Fajar, sama-sama bisa terkena solar keratosis maupun seboroit keratosis. ''Namun, yang terbanyak pada laki-laki.'' Bisakah dua jenis kelainan kulit ini dicegah? Untuk kelainan yang disebabkan oleh faktor dari dalam, memang sulit dilakukan. Namun, jika penyebabnya adalah faktor luar, bisa diperlambat. Caranya, gunakan tabir surya. Di ruang praktik dokter, seboroit keratosis biasanya dihilangkan dengan cara 'dibakar'. Namun, ini bukan jaminan seboroit keratosis tak akan muncul lagi. Artinya, tetap ada kemungkinan kelainan serupa muncul lagi di tempat lain.
Untuk solar keratosis, dokter juga akan mengatasinya dengan cara 'dibakar' selain bantuan obat-obatan. ''Yang penting, hindari paparan sinar matahari. Ingat, solar keratosis ini merupakan faktor risiko terjadinya keganasan kulit (kanker kulit).''Bintil-bintil kecil semacam kutil seperti dialami Nani, juga merupakan bagian dari masalah Kekeringan kulitKelainan kulit lainnya yang sering muncul pada lansia adalah kekeringan kulit yang mengakibatkan gatal-gatal. Kekeringan dan gatal-gatal ini tak hanya terbatas pada kulit wajah, tapi bisa sampai ke seluruh tubuh. ''Makin tua usia seseorang, kulit akan makin kering, sehingga tidak elastis dan menyebabkan kulit pecah-pecah,'' kata Fajar. Kelainan ini juga cukup menjengkelkan. Bila tubuh berkeringat, rasa gatal biasanya makin menjadi. Namun bila digaruk, rasa gatal itu justru akan menyebar. Ketika mengalami hal ini, lansia biasanya segera mengoleskan obat antigatal, baik obat modern maupun tradisional. Sayangnya, langkah ini tak selalu berhasil. Pada beberapa kasus, upaya mengobati sendiri itu justru menyebabkan timbulnya eksim kontak iritan. Sangat mengganggu, bukan? Jadi, alangkah baiknya berkonsultasi ke dokter jika menghadapi masalah kulit seperti ini. Dokter tentu akan memberikan obat atau terapi yang paling tepat. Untuk mengurangi tingkat kekeringan pada kulit, boleh-boleh saja memakai pelembab walaupun ini bukan cara yang paling tepat. ''Bila mau berenang misalnya, olesi seluruh tubuh dengan pelembab yang kandungan minyaknya tinggi, misalnya pakai parafin cair atau Vaseline putih,'' kata Fajar seraya menyebut, masalah kulit kering ini mulai muncul pada usia 50 tahunan.
source: republika.co.id
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Monggo, Silahkan berkomentar