
Candi Sukuh yang Kian Erotis dan Misterius, Candi  Sukuh terletak di lereng Gunung Lawu yakni di Dukuh Berjo, Desa Sukuh,  Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar, eks Karesidenan Surakarta,  Jawa Tengah. Candi ini berjarak kurang lebih 20 kilometer dari kota  Karanganyar dan 36 kilometer dari Surakarta. Tempatnaya memang cukup  ekstrim di lereng gunung. Hal ini sesuai dengan aturan atau syarat  keagaman tertentu dalam mendirikan sebuah candi. Selain tempat yang  tinggi, dalam membangun candi juga diperlukan tanah yang lapang dan  mantab, bebas dari hiruk pikuk manusia. Sehingga ketenangan jiwa  pastilah akan mudah didapat dengan berkunjung ke candi atau tempat  ritual agama tertentu.
Candi  Sukuh bisa dikatakn memiliki struktur bangunan yang unik karena  bentuknya yang menyerupai bangunan piramida bangsa Maya. Selain itu  terdapat  gapura yang mirip dengan pylon sejenis gapura masuk ke piramida di  Mesir. Dari sini pula pakar sejarah purbakala sering menghubungkan  keberadaan gapura teras pertama Candi Sukuh dengan seni arsitektur Mesir  dan Meksiko, dengan menganalogkan fisik keduanya. Candi Sukuh dibangun  dengan arah yang tidak seperti candi-candi lain di Jawa Tengah. Candi  yang satu ini cenderung seperti kebanyakan candi yang ada di Jawa Timur  yakni menghadap Barat. Jadi untuk memasuki candi Sukuh, orang menuju ke  arah Timur, tempat Matahari terbit. Padahal Matahari dipuja sejak jaman  prehistori. Dengan begitu ada pengaruh asli dalam pembuatan candi  Sukuh, berbeda dengan candi lainnya di Jawa Tengah yang banyak  dipengaruhi India.Menurut promosi Dinas Pariwisata Karanganyar, candi  yang dibangun masyarakat Hindu Tantrayana tahun 1437 itu selain  merupakan candi berusia paling muda di Indonesia juga dinobatkan sebagai  candi paling erotis. 

Beberapa   ratus tahun silam situs Candi Sukuh ternyata pernah hilang dan  kemudian  ditemukan kembali pada masa pemerintahan Inggris di tanah Jawa  pada  tahun 1815 oleh Johnson, Residen Surakarta. Johnson pada saat itu  diberi  amanat oleh Thomas Stanford Raffles untuk mengumpulkan  data-data guna  menulis bukunya The History of Java. Kemudian setelah  masa pemerintahan  Inggris berlalu, pada tahun 1842, Van der Vlis, yang  berwarganegara  Belanda melakukan penelitian. Lalu pada tahun 1928,  pemugaran baru bisa  dimulai. 

Selain candi utama dan patung-patung kura-kura, garuda serta relief-relief, masih ditemukan pula beberapa patung hewan berbentuk celeng (babi hutan) dan gajah berpelana. Pada zaman dahulu para ksatria dan kaum bangsawan berwahana gajah.
Lalu ada pula bangunan berelief tapal kuda dengan dua sosok manusia di dalamnya, di sebelah kira dan kanan yang berhadapan satu sama lain. Ada yang berpendapat bahwa relief ini melambangkan rahim seorang wanita dan sosok sebelah kiri melambangkan kejahatan dan sosok sebelah kanan melambangkan kebajikan. Namun hal ini belum begitu jelas.

Kemudian ada sebuah bangunan kecil di depan candi utama yang disebut candi pewara. Di bagian tengahnya, bangunan ini berlubang dan terdapat patung kecil tanpa kepala. Patung ini oleh beberapa kalangan masih dikeramatkan sebab seringkali diberi sesajian.
Dalam  perjalanan sebenarnya kami memiliki pengalaman yang agak pahit, ini  juga berkaitan dengan negara tetangga kita. Setibanya di Candi Sukuh,  kami bertemu dengan rombongan keluarga dari negri jiran Malaysia. Anak  laki-laki dari keluarga tersebut naik ke atas candi untu mengambil  gambar yang kemudian disusul dengan kami. Tentu saja tempat di atas  menjadi lebih sempit sehingga jika nanti gambar diambil pasti kami semua  juga akan termuat dalam foto. Tiba si ibu dari anak tersebut berkata ke  pada anak laki-laki yang bersama kami “Geser seikek nak, bergumul sama  rombongan anak TKW”. Mendengar perkataan itu kami semua geram dan  akhirnya membubarkan diri satu persatu. Beberapa diantara kami ada yang  mengumpat balik. Namun, kami sadar ini tempat suci yang artinya tidak  baik untuk berkata kotor. Selang beberapa waktu rombongan keluarga  tersebut mengambil langkah seribu dengan sangat tergesa-gesa. Hal itu  terlihat ada beberapa barang yang tertinggal di daerah candi. 
Mungkin  itu cerita yang dapat saya berikan kepada pembaca yang budiman.  Walaupun tulisan saya jauh dari kata sempurna toh yang penting saya  sudah mencobanya karena kesempurnaan hanyalah milik Tuhan Yang Maha Esa.  Saya pribadi berpesan kita sebagai generasi muda sudah berkwajiaban  untuk menjaga warisan nenek moyang kita dengan sekuat tenaga walaupun  mengorbankan jiwa dan raga.
Thanks for all
Sumber : 
1. Bokleat Dinas Pariwisata Kabupaten Karanganyar
 2. Picture from http://www.indoforum.org/t59762/

 
 
Tidak ada komentar:
Posting Komentar
Monggo, Silahkan berkomentar