Cari Artikel

Kamis, 13 Oktober 2011

Serba-Serbi Pemberian & Penyimpanan Obat Bayi dan Anak

Semua orangtua pasti merasa khawatir ketika bayinya sakit.  Bukan semata-mata perihal sakitnya yang membuat Anda khawatir, acara memberikan obat kepada si kecil pun seringkali membuat orangtua stress.

Lebih mudah memberikan obat kepada bayi dengan menggunakan pipet.  Jika misalnya alat penakar dosis yang tersedia dalam kemasan obat adalah sendok, bukannya pipet, Anda dapat memanfaatkan spuit atau alat suntik (tanpa jarumnya) yang dapat dengan mudah dibeli di apotek.  Cara memberikan obatnya adalah sebagai berikut:

masukkan sedikit bagian spuit ke dalam mulut bayi melalui bagian sudut mulutnya.  Lalu keluarkan obat secara perlahan-lahan.  Ingatlah, ketika mengeluarkan obat, arahkan ke bagian dalam pipi bukannya ke tenggorokan.  Kalau diarahkan langsung ke tenggorokan, bayi Anda bisa tersedak.

Kalau bayi Anda meronta-ronta terus ketika akan diberi obat, sebaiknya ada orang lain yang membantu Anda untuk memegangi atau menggendongnya. Atau, Anda dapat ‘membedongnya’ agar ia lebih tenang sedikit.  Jika si kecil melepeh atau memuntahkan obatnya sebanyak dosis yang Anda berikan, coba berikan kembali beberapa saat kemudian.  Biasanya, obat-obatan untuk bayi aman atau dapat dicampurkan ke dalam makanan atau susunya.  Tapi sebelumnya pastikan bahwa hal tersebut memang tertera dalam instruksi pemakaian obat, yang ada di dalam kemasan.  Bila segala daya dan upaya telah dilakukan tapi si kecil masih terus- menerus memuntahkan obatnya, segera berkonsultasilah ke dokter.

Ada beberapa hal lain yang tak kalah penting dan sebaiknya Anda perhatikan, yaitu :

  • Selalu berikan obat yang memang dikhususkan untuk bayi.  Satu jenis obat dapat tersedia dalam berbagai bentuk, seperti sirop dan tetes.  Untuk mengetahui sediaan mana yang tepat untuk bayi Anda, tanyakan ke dokter anak.
  • Sebaiknya di rumah Anda juga menyetok obat-obatan khusus untuk anak, sebagai pertolongan pertama. Misalnya, paracetamol khusus bayi/anak, balsam khusus bayi/anak, minyak kayu putih/telon, larutan NaCL fisiologis, band aids/plester, betadine/cairan antiseptik.  Jika bingung, tanyakan ke dokter anak, obat-obatan apa yang tepat untuk persediaan di rumah.
  • Sebaiknya jangan berikan obat-obatan over-the-counter (yang dapat dibeli tanpa resep dokter) selama lebih dari 2-3 hari, kecuali sepengetahuan dokter anak.
  • Ketika dokter anak meresepkan obat untuk anak Anda, jangan segan-segan untuk meminta keterangan rinci tentang obat (seperti cara kerja dan efek samping obat) tersebut kepada dokter.  Karena sebaiknya Anda mengetahui dengan benar jenis obat itu, termasuk apakah obat harus dikonsumsi sampai habis, waktu dan frekuensi pemberian obat.  Minta salinan resep kepada apoteker untuk arsip Anda.  
  • Berikan obat dalam dosis yang tepat.  Selalu gunakan pipet atau sendok takar yang tersedia dalam kemasan obat.
  • Simpan obat-obatan dalam tempat yang tidak mungkin diraih anak-anak, kalau perlu kunci lemari penyimpanannya. 
  • Secara rutin, paling baik tiap 2 bulan atau sekurang-kurangnya tiap 6 bulan, periksalah stok obat-obatan di rumah.  Singkirkan atau buang obat-obatan yang sudah daluwarsa dan yang sudah tak terpakai. 
  • Selalu simpan obat-obatan dalam kemasan aslinya.  Tujuannya, ketika sewaktu-waktu Anda perlu mengecek komposisi, kontraindikasi, atau dosis pemberiannya, Anda tak kebingungan. 
  • Memastikan selalu ada persediaan bumbu-bumbu dapur, seperti jahe, kunyit, kencur, asam, bawang merah, juga akan sangat menguntungkan.  Karena sebagai pertolongan pertama juga dapat menggunakan ramuan tradisional.  Misalnya, membalurkan campuran bawang merah dan minyak kayu putih/telon pada perut si kecil, cukup menolong ketika si kecil terkena kolik. 
ibudananak.com

Artikel Terkait

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Monggo, Silahkan berkomentar